KARBOHIDRAT
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani
σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah
segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa
pada tumbuhan, kitin
pada hewan
dan jamur).
Pada proses fotosintesis, tetumbuhan
hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hydrogen dan
oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian,
dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila
dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi
karbonil
(sebagai aldehida
atau keton)
dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n
molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki
rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen,
fosforus,
atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul
gula sederhana yang
disebut monosakarida,
misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi
rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida,
misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian
beberapa monosakarida).
SUB-BAB 1.1
Beberapa Monosakarida yang lazim
Glukosa adalah adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Karbohidrat glukosa merupakan
karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh.
Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida
maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi
glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu
molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya,
molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan
L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi
gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang
berada dalam bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim
tumbuh-tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan
DGlukosa. Glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja
otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa
kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate)
yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Proses
metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui
proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan
berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme
anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam
mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O).
Glukosa merupakan aldehida
(mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin
yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa
berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping
hidroksildan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon
keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang
terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa,
dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa
dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah
tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme
tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa
lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu
protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai
enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan
berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif.
Fruktosa
(bahasa Inggris: fructose,
levulose, laevulose), atau gula buah, adalah monosakarida
yang ditemukan di banyak jenis makanan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah
penting bersama dengan glukosa dan galaktosa,
yang bisa langsung diserap oleh tubuhFruktosa ditemukan oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre
Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa murni rasanya sangat manis,
warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam air. Fruktosa
ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon buah, bunga,
beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau
sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan
gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
SUB-BAB 1.2
Klasifikasi
monosakarida
Monosakarida digolongkan berdasarkan tiga
karakteristik yang berbeda: penempatan dari grup karbonil, jumlah atom karbon
yang dikandungnya, dan kiral kidal. Jika gugus karbonil adalah sebuah aldehida,
yang monosakarida adalah aldosa, jika grup karbonil keton, yang monosakarida
adalah ketosa. Monosakarida dengan tiga atom karbon disebut triosa, mereka yang
disebut tetroses empat, lima disebut pentosa, enam adalah heksosa, dan
sebagainya. Kedua sistem klasifikasi sering digabungkan. Sebagai contoh,
glukosa adalah aldohexose (enam-karbon aldehida), ribosa adalah aldopentose
(lima-karbon aldehida), dan fruktosa adalah ketohexose (enam-karbon keton).
Masing-masing membawa atom karbon
gugus hidroksil (-OH), dengan pengecualian yang pertama dan terakhir karbon,
yang asimetris, membuat mereka dua kemungkinan stereocenters dengan konfigurasi
masing-masing (R atau S). Karena asimetri ini, sejumlah isomer mungkin ada
untuk setiap rumus monosakarida. The aldohexose D-glukosa, misalnya, memiliki
rumus (C · H2O) 6, yang semua kecuali dua dari enam karbon atom stereogenik,
membuat D-glukosa satu dari 24 = 16 kemungkinan stereoisomer. Dalam kasus
gliseraldehida, sebuah aldotriose, ada satu kemungkinan sepasang stereoisomer,
yaitu enantiomer dan epimer. 1,3-dihydroxyacetone, yang ketosa sesuai dengan
aldosa gliseraldehida, adalah molekul simetris tanpa stereocenters). Penugasan
dari D atau L adalah dibuat sesuai dengan orientasi karbon asimetrik terjauh
dari gugus karbonil: dalam proyeksi Fischer standar jika grup hidroksil di
sebelah kanan adalah molekul gula D, selain itu adalah L gula. “D-” dan “L-”
awalan tidak boleh dikacaukan dengan “d-” atau “l-”, yang menunjukkan arah
bahwa pesawat berputar gula cahaya terpolarisasi. Ini penggunaan “d-” dan “l-”
tidak lagi diikuti dalam kimia karbohidrat.
The α dan β anomer glukosa. Perhatikan posisi anomeric
karbon (merah atau hijau) relatif terhadap kelompok CH2OH terikat pada karbon
5: mereka baik pada sisi yang berlawanan (α), atau pihak yang sama (β).
SUB-BAB 1.3
Konfigurasi monosakarida
Struktur monosakarida mirip satu
sama lain. Beberapa monosakarida berbeda strukturnya misalnya Glukosa adalah
suatu aldehida dan fruktosa suatu keton. Monosakarid Lain yang lazim ternyata adalah
diastereomer (stereoisomer yang tidak enantiomerik) satu sama lain, misalnya
Glukosa dan Galaktosa adalah epimer satu terhadap yang lain. Epimer adalah
diastereomer yang konfigurasinya berbeda hanya pada satu dari atom-atom karbon
kiralnya.
A. Notasi “D” dan “L”
Notasi D & L dilakukan karena adanya atom C dengan
konfigurasi asimetris seperti pada gliseraldehida.
Masing-masing dari empat karbon C-2 melalui C-5 yang
kiral , artinya bahwa empat obligasi tersebut terhubung ke empat bagian yang
berbeda dari molekul. Dalam D-glukosa, keempat bagian harus dalam tiga dimensi
tertentu pengaturan. Yakni, ketika molekul ditarik dalam proyeksi Fischer ,
yang hydroxyls pada C-2, C-4, dan C-5 harus berada di sisi kanan, sementara
pada C-3 harus berada di sisi kiri.
B. Penamaan
Untuk gula dengan atom C asimetrik lebih dari 1,
notasi D atau L ditentukan oleh atom C asimetrik terjauh dari gugus aldehida
atau keto. Gula yang ditemui di alam adalah dalam bentuk isomer D.
Gula dalam bentuk D merupakan bayangan cermin dari
gula dalam bentuk L. Kedua gula tersebut memiliki nama yang sama, misalnya
D-glukosa & L-glukosa.
Posisi keempat hydroxyls yang terbalik dalam diagram
Fischer L-Glukosa; D- dan L- glukosa adalah dua dari 16 kemungkinan aldoheksosa
14 lainnya allose , altrose , mannose , gulose , idose , galaktosa , dan talose
, masing-masing dengan dua isomer, 'D -' dan 'L -'.
Pada gula yang lebih panjang, bentuk L- atau D-
ditentukan dari atom karbon kiral yang paling jauh dari gugus karbonil.
Bentuk kiral yang berbeda dari suatu gula, disebut
isomer optik atau stereoisomer.
SUB-BAB 1.4
Siklisasi monosakarida
Glikosa mempunyai suatu gugus
aldehida pada karbon 1 dan gugus hidroksil pada karbon 4 dan 5 (seperti juga
pada karbon 2, 3 dan 6). Suatu reaksi umum antara alkohol dan aldehida ialah
pembentukan hemiaset al. Dalam larutan berair, glukosa dapat bereaksi
intramolekul untuk menghasilkan hemiasetal siklik, baik hemiasetal cincin 5
anggota atau 6 anggota dapat terbentuk. Meskipun proyeksi Fischer berguna dalam
pembahasan karbohidrat rantai terbuka, tetapi untuk senyawa siklik proyeksi ini
janggal.
A. Cincin
furanosa dan piranosa;
Suatu monosakarida dalam
bentuk hemiasetal cincin lima anggota disebut furanosa. Furan berarti senyawa heterosiklik
lima anggota. Serupa pula dengan piranosa yaitu suatu monosakarida dalam bentuk
cincin enam anggota (dari nama piran ; senyawa heterosiklik oksigen bersegi
enam). Contohnya pada gambar 3 di bawah.
B.
Rumus Haworth dan Rumus Konformasi;
Penggambaran struktur siklik
dengan baik ditampakkan dengan rumus perspektif Haworth. Rumus ini
menghilangkan ikatan-ikatan melengkung yang terkesan dibuat-buat pada oksigen
cincin. Menurut perjanjian, suatu rumus Haworth digambar dengan oksigen cincin
berada pada sisi terjauh dari cincin dan karbon anomerik berada disebelah
kanan. Gugus CH2OH ujung ditempatkan diatas bidang cincin untuk
deret-D, dan di bawah bidang cincin untuk deret-L. Konfigurasi α bila gugus
hidroksil (OH) pada karbon anomerik (karbon 1) diproyeksikan ke bawah dan β
jika gugus hidroksil pada karbon anomerik diproyeksikan ke atas (Lihat Gambar
4). Rumus Haworth yang datar itu
tidak merupakan pemaparan yang seluruhnya benar dari suatu cincin piranosa. Suatu piranosa seperti sikloheksana dapat mengalami tekukan cincin
agar mencapai keadaan yang stabil, keadaan ini dapat ditunjukkan oleh rumus
konformasi (lihat gambar 5).
C.
Pembentukan
Hemiasetal
Dasar reaksi siklisasi pada monosakarida adalah reaksi
antara gugus karbonil dengan alkohol menghasilkan hemiasetal atau hemiketal.
Mekanisme reaksi pembentukan hemiasetal adalah sebagai berikut :
·
Karbohidrat mengandung gugus fungsi alkohol dan
karbonil pada molekul yang sama, disebut pula polihidroksialdehida atau
polihidroksiketon.
·
Karbohidrat dapat membentuk hemiasetal melalui
interaksi intramolekular dari gugus-gugus fungsinya.
·
Sebagai suatu model, pertimbangan reaksi:
SUB-BAB 1.5
Glikosida
Glikosida
adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan
bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan
oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine),
jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon
(C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan
aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan
oksigen yang menghubungkan glikon-anglikon ini sangat mudah terurai oleh
pelarut asam ,basa, enzim , air dan panas .
semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya
maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolosis. Saat glikosida
terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian ,yaitu bagian gula dan
bagian bukan gula.
A.
Struktur
Glikosida
Glikon - O -
Aglikon
B. Biosintesis Glikosida
Apabila bagian aglikon dari suatu
glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini disebut holosida, sedang
kalau bukan gula disebut heterosida. Pembicaraan tentang biosintesa dari
heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang penting. Yang pertama adalah
reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan bagian aglikon, diperkirakan
reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini kemudian dilanjutkan
dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya reaksi biosintesa untuk
berbagai jenis aglikon yang akan menyusun glikosida.
Hasil-hasil
penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari pembentukan
glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat
kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada
reaksi ini adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari
binatang, tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan
turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan
adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula
dari uridin difosfat kepada akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida
U T P + Gula-l-fosfat UDP –
gula + PP1
UDP – Gula + akseptor Akseptor
– gula + UDP
(glikosida)
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain
akan bekerja untuk memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga
terbentuk bagian disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang
mengandung glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan
tetrasakarida dari glikosidanya dengan reaksi yang sama.
SUB-BAB 1.6
Oksidasi
Monosakarida
v Berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi pereaksi
(Tohlens, Benedict, Fehling), monosakarida dapat digolongkan :
1. Gula pereduksi
2. Gula non pereduksi
v Monosakarida dapat mereduksi TBF karena pada monosakarida terdapat gugus aldehid atau gugus a-hidroksi keton, yang akan dioksidasi oleh TBF menjadi karboksilat/keton.
Semua monosakarida adalah gula pereduksi
v Oksidasi aldosa oleh pereaksi TBF menghasilkan asam
monokarboksilat: Asam Aldonat.
v Oksidasi aldosa dengan oksidator kuat (HNO3
panas) menghasilkan asam dikarboksilat karena HNO3 selain
mengoksidasi gugus aldehid juga mengoksidasi gugus CH2OH terminal
SUB-BAB 1.7
Reduksi Monosakarida
Gugus karbonil dari
monosakarida dapat direduksi menjadi alkohol oleh beberapa
pereaksi menghasilkan alditol.
Reduksi
monosakarida
·
Dapat dilakukan dengan:
ü Logam + H2
ü Enzimatis
·
Produknya
polyol gula alkohol (alditol)
·
Glucose membentuk sorbitol (glucitol)
·
Mannose membentuk mannitol
·
Fructose membentuk mannitol + sorbitol
·
Glyceraldehyde membentuk glycerol
SUB-BAB 1.8
Reaksi Pada Gugus Hidroksil
Gugus-gugus
hidroksil dalam karbohidrat bertabiat serupa dengan dalam gugus-gugus alkohol
lain.Gugus ini dapat diesterifikasi oleh asam karboksilat atau oleh asam
anorganik dan dapat digunakan untuk membentuk eter. Karbohidrat dapat juga
bertindak sebagai diol dan membentuk asetal atau ketal siklik dengan aldehida atau Keton.
A.Pembentukan Asetat
Suatu
reagensia yang lazim untuk esterifikasi alkohol ialah anhidrida asam asetat,
dengan natrium asetat atau piridina sebagai suatu katalis basa. Jika reaksi itu
dilakukan di bawah 00C. reaksi asilasi akan lebih cepat daripada
antar-pengubahan anomerik α-β. Pada kondisi ini baik α- ataupun β-D-glukosa
menghasilkan pentaasetat atau padanannya. Pada temperatu yang lebih tinggi
diperoleh suatu campuran α- dan β-pentaasetat, dengan β-pentaasetat lebih
melimpah.
B. Pembentukan Eter
B. Pembentukan Eter
Dimetil
sulfat adalah suatu ester anorganik dengan gugus pergi yang sangat baik.
Senyawa ini digunakan untuk membentuk eter metal. Bila suatu monosakarida
diolah dengan dimetil sulfat yang berlebih dan NaOH, semua gugus hidroksil
(termasuk gugus OH hemiasetal atau hemiketal) diubah menjadi gugus metoksil.
Dalam suatu sintesis eter Williamson yang lazim, (RO- + RX ROR + X-), alkoksida itu harus dibuat dengan suatu basa yang lebih kuat daripada NaOH. Dalam hal karbohidrat, NaOH merupakan basa yang cukup kuat untuk menghasilkan ion alkoksida. Efek induktif dari oksigen-oksigen yang elektronegatif pada karbon-karbon yang berdekatan membuat tiap gugus hidroksil lebih asam daripada suatu gugus hidroksil dalam suatu alkohol biasa). Karena ikatan asetal stabil dalam basa, konfigurasi pada karbon anomerik dai suatu glikosida tidak berubah dalam reaksi metalasiini.
Dalam suatu sintesis eter Williamson yang lazim, (RO- + RX ROR + X-), alkoksida itu harus dibuat dengan suatu basa yang lebih kuat daripada NaOH. Dalam hal karbohidrat, NaOH merupakan basa yang cukup kuat untuk menghasilkan ion alkoksida. Efek induktif dari oksigen-oksigen yang elektronegatif pada karbon-karbon yang berdekatan membuat tiap gugus hidroksil lebih asam daripada suatu gugus hidroksil dalam suatu alkohol biasa). Karena ikatan asetal stabil dalam basa, konfigurasi pada karbon anomerik dai suatu glikosida tidak berubah dalam reaksi metalasiini.
C.Pembentukan Asetal dan Ketal siklik
Contoh
pembentukan asetal dan ketal siklik adalah pengubahan L-sorbosa menjadi Vit.C sebagai berikut: Pembentukan ETER Pengolahan
suatu aldosa, seperti misalnya glukosa, dengan metanol akan menghasilkan suatu
metil glikosida.Gugus- gugus hidroksil lain dalam suatu karbohidrat dapat
diubah menjadi gugus metoksil dengan mereaksikan metil glikosida dimetil sulfat
dan NaOH
SUB-BAB 1.9
Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang
tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida.
Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O
dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol
monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam.
A.
Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil
dari hidrolisis parsial tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul
α-D-glukosa dan β-D-glukosa.
Struktur maltosa
|
Dari struktur maltosa, terlihat
bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari
α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada
maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase. Satu molekul
maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.
B. Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit.
Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun
oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.
Struktur sukrosa
|
Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase
menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula
inversi, lebih manis daripada sukrosa.
Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik
(karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air
tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus
hemiasetal.
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat
dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
C.
Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air
susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan
α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.
Struktur laktosa
|
Hidrolisis dari laktosa dengan bantuan enzim galaktase
yang dihasilkan dari pencernaan, akan memberikan jumlah ekivalen yang sama dari
α-D-glukosa dan β-D-galaktosa. Apabila enzim ini kurang atau terganggu, bayi
tidak dapat mencernakan susu. Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia
yang biasa menyerang bayi.
D. Selubiosa
Disakarida
yang diperoleh dari hidrolisa parsial dari selulosa. Hidrolisis lebih lanjut
menghasilkan D-glukosa. Oleh karena itu selubiosa merupakan perpaduan dua
molekul D-glukosa mealui ikatan 1,4 β glikosida, jadi merupakan isomer maltosa.
SUB-BAB 1.10
Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.
A.
Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai
dalam dinding sel pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan.
Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu
molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa.
Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.
|
Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang
dapat memecahkan ikatan α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk
memecahkan ikatan β-glikosida yang terdapat dalam selulosa sehingga manusia
tidak dapat mencerna selulosa. Dalam sistem pencernaan hewan herbivora terdapat
beberapa bakteri yang memiliki enzim β-glikosida sehingga hewan jenis ini dapat
menghidrolisis selulosa. Contoh hewan yang memiliki bakteri tersebut adalah
rayap, sehingga dapat menjadikan kayu sebagai makanan utamanya. Selulosa sering
digunakan dalam pembuatan plastik. Selulosa nitrat digunakan sebagai bahan
peledak, campurannya dengan kamper menghasilkan lapisan film (seluloid).
B.
Pati /
Amilum
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan
polimer dari glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan
pada tumbuhan. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi
dua fraksi utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk
rantai dan jumlah monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang
dihubungkan dengan ikatan 1,4-α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan
glukosa atau lebih. Amilosa membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan
iodium. Warna ini merupakan uji untuk mengidentifikasi adanya pati.
Struktur amilosa
|
Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa.
Strukturnya bercabang. Rantai utama mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan
oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul glukosa pada titik percabangan dihubungkan
oleh ikatan 1,6'-α.
Struktur amilopektin
|
Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa.
Hidrolisis dengan enzim tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltosa.
C.
Glikogen
Polisakarida
yang berfungsi sebagai penyimpan glukosa dalam hewan (terutama dalam hati dan
otot). Strukturnya mengandung rantai glukosa yang terikat 1,4 α dengan percabangan 1,6 α. Glikogen membantu mempertahankan keseimbangan
gula dalam tubuh, dengan jalan menyimpan kelebihan gula yang dicerna dari
makanan dan mensuplainya ke dalam darah jika diperlukan.
D.
Kitin
adalah polisakarida linier yang
mengandung N-asetil-D-glukosamin terikat β. Hidrolisis kitin menghasilkan
2-amino-2-deoksi-D-glukosa. Kitin banyak terikat dalam protein dan lipida,
merupakan komponen utama dalam bangunan serangga.
SUB-BAB 1.11
Fungsi Karbohidrat
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya
di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah :
a. Sebagai sumber kalori atau energi
b. Sebagai bahan pemanis dan pengawet
c. Sebagai bahan pengisi dan pembentuk
d. Sebagai bahan penstabil
e. Sebagai sumber flavor (karamel)
f. Sebagai sumber serat
Pengujian Karbohidrat
A.
Uji Kualitatif
Pengujian ini dapat dilakukan dengan dua (2) macam
cara, yaitu; pertama menggunakan reaksi pembentukan warna dan yang kedua
menggunakan prinsip kromatografi (TLC/Thin Layer Cromatograpgy, GC/Gas
Cromatography, HPLC/High Performance Liquid Cromatography). Dikarenakan
efisiensi pengujian, pada umumnya untuk pengujian secara kualitatif hanya
digunakan prinsip yang pertama yaitu adanya pembentukan warna sebagai dasar
penentuan kandungan karbohidrat dalam suatu bahan. Sedikitnya ada tujuh (7) macam
reaksi pembentukan warna, yaitu :
1.
Reaksi Molisch
KH (pentose) + H2SO4 pekat à furfural à + a naftol à
warna ungu
KH (heksosa) + H2SO4 pekat à HM-furfural à + a naftol
à warna ungu
Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk
aldosa (-CHO) maupun karbohidrat kelompok ketosa (C=O).
2.
Reaksi Benedict
KH + camp CuSO4, Na-Sitrat, Na2CO3 à Cu2O endapan
merah bata
3.
Reaksi Barfoed
KH + camp CuSO4 dan CH3COOH à Cu2O endapan merah bata
4.
Reaksi Fehling
KH + camp CuSO4, K-Na-tatrat, NaOH à Cu2O endapan
merah bata
Ketiga reaksi diatas memiliki prinsip yang hampir
sama, yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi senyawa Cu2SO4
menjadi Cu2O (enpadan berwarna merah bata) setelah dipanaskan pada suasana basa
(Benedict dan Fehling) atau asam (Barfoed) dengan ditambahkan agen pengikat (chelating
agent) seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat.
5.
Reaksi Iodium
KH (poilisakarida) + Iod (I2) à warna
spesifik (biru kehitaman)
6.
Reaksi Seliwanoff
KH (ketosa) + H2SO4 à furfural à + resorsinol à warna
merah.
KH (aldosa) + H2SO4 à furfural à + resorsinol à negatif
7.
Reaksi Osazon
Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa
maupun ketosa, yaitu dengan menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan
hingga terbentuk kristal berwarna kuning yang dinamakan hidrazon (osazon).
B.
Uji Kuantitatif
Untuk penetapan kadar karbohidrat dapat dilakukan
dengan metode fisika, kimia, enzimatik, dan kromatografi (tidak dibahas).
1.
Metode Fisika
Ada dua (2) macam, yaitu :
a.
Berdasarkan indeks bias
Cara ini menggunakan alat yang dinamakan refraktometer,
yaitu dengan rumus :
X = [(A+B)C - BD)]
4
dimana :
dimana :
X = % sukrosa atau gula yang
diperoleh
A = berat larutan sampel (g)
B = berat larutan pengencer (g)
C = % sukrosa dalam camp A dan B
dalam tabel
D = % sukrosa dalam pengencer B
b.
Berdasarkan rotasi optis
Cara ini digunakan berdasarkan sifat
optis dari gula yang memiliki struktur asimetrs (dapat memutar bidang
polarisasi) sehingga dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter
atau polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung) yang dinamakan
sakarimeter.
Menurut hokum Biot; “besarnya rotasi
optis tiap individu gula sebanding dengan konsentrasi larutan dan tebal cairan”
sehingga dapat dihitung menggunakan rumus :
[a] D20 = 100 A
L x C
dimana :
[a] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC
menggunakan
D = sinar kuning pada panjang
gelombang 589 nm dari lampu Na
A = sudut putar yang diamati
C = kadar (dalam g/100 ml)
L = panjang tabung (dm)
sehingga C = 100 A
L x [a] D20
2.
Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti
glukosa, galaktosa, dan fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus
aldehid). Fruktosa meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus
alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat bereaksi.
Dalam metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu :
a.
Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang
telah distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor
SNI 01-2892-1992.
b.
Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip
reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah
dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat
dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa
berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
630 nm.
3. Metode
Enzimatik
Untuk metode enzimatis ini, sangat
tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu gula secara individual, disebabkan
kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim yang dapat digunakan ialah
glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan untuk mengukur kadar
glukosa.
a. Glukosa
oksidase
D- Glukosa + O2 oleh glukosa
oksidase à Asam glukonat dan H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase
à 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540
nm)
b. Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase
à Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+
oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase à Glukonat-6-Phospat + NADPH + H+
Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur
pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa.
Ganbarnya.............!!!
BalasHapuswarnanya latarr blogmutu yang jelas makanya !!!!!!
BalasHapus